BOGOR, SERUJI.CO.ID – Varietas unggul padi baru yang diberi nama Inpari terbukti mampu berproduksi hingga 11 ton perhektar dengan kelebihan lain berupa tahan serangan hama dan penyakit.
Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor, Prof. Dedi Nursyamsi, di Jakarta, Sabtu (23/6), mengatakan Indonesia memasuki era baru varietas padi irigasi yang berproduksi di atas 8 ton/ha gabah kering panen ketika pada masa lalu ada anggapan panen padi terpatok di angka 6 ton/ha bahkan cenderung menurun.
“Anggapan itu patah dengan kehadiran varietas padi pasca varietas Ciherang,” katanya.
Menurut Dedi, pasca varietas IR64 maka Ciherang dianggap varietas terbaik dengan potensi produksi 8 ton/ha gabah kering panen.
Sejak itu ada anggapan terjadi levelling produksi alias mandeg. Namun mitos itu patah oleh Badan Litbang Pertanian yang terus melahirkan padi varietas unggul baru untuk sawah irigasi.
“Kita sekarang punya Inpari dengan potensi hasil hingga 11 ton/ha GKP yang jauh melampaui Ciherang,” kata Dedi.
Inpari juga tahan serangan hama dan penyakit sehingga kini merajai sawah irigasi.
Menurut Dedi, hingga saat ini, lahan sawah yang luasnya 8,1 juta ha masih menjadi andalan produksi padi nasional terutama sawah irigasi seluas 3,9 juta ha.
“Sawah irigasi pendongkrak produksi padi nasional karena produktivitasnya bisa digenjot hingga 7 ton per ha yang di atas rata-rata nasional yang 5,3 ton per ha,” katanya.
Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor Dr Ismail Wahab, mengatakan Badan Litbang Pertanian telah merilis Inpari 42 Agritan GSR.
Ia berpotensi hasil sangat tinggi yaitu 10,58 ton/ha dan kadar amilosa hanya 18,84 persen sehingga rasanya pulen.
Varietas ini juga tahan penyakit blas daun ras 073 serta agak tahan hama wereng batang coklat biotipe 1.
Inpari 42 GSR akan dikembangkan di demfarm pertanian modern berbasis korporasi di Karawang yang akan tanam Juli tahun ini. Pertimbangannya adalah varietas ini tahan penyakit virus kerdil hampa.
“Tahun lalu petani Karawang gagal panen karena serangan penyakit itu,” kata peneliti Balai Besar Litbang Padi, Sukamandi, Dr Susiana Suzanti.
Di luar Jawa Inpari juga mulai diakui keandalannya sebagai generasi pasca Ciherang.
Herman, petani sawah irigasi dari Kecamatan Toribulu, Kabupaten Parimou, Sulteng, mengatakan Inpari dapat menghasilkan hingga 9 ton/ha GKP atau setara 8 ton/ha GKG.
Menurut Direktur Institut Agroekologi Indonesia (INAgri), Syahroni, semua insan pertanian memang tengah berupaya meningkatkan produksi padi melampaui produktivitas rata-rata nasional minimal di atas 6 ton/ha.
Varietas unggul juga telah banyak diciptakan secara swadaya oleh perguruan tinggi, petani atau kelompok tani.
“Kami telah uji secara swadaya, ini prestasi anak bangsa,” kata Syahroni.
Peningkatan produksi tersebut juga berkat perbaikan kualitas lahan dan lingkungan dengan cara produksi pertanian ramah lingkungan (ekologis) dengan input-input berbasis bahan alami dan agen hayati. (Ant/Su02)