JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Mantan Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Yogyakarta, Drs Wahyuntono meninggal dunia pada Rabu (31/7) kemarin. Wahyuntono atau yang akrab disapa Pak Anton adalah Kepala Sekolah saat Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan bersekolah di SMAN 2 Yogyakarta.
Lewat laman Facebooknya, Anies mengenang keteladanan Pak Anton dalam memimpin sekolah.
Diantara yang dikenang mantan Menteri Pendidikan ini adalah kebiasaan Pak Anton yang setiap pagi pukul 6.30 selalu menunggu muridnya di depan gerbang sekolah, sambil menyapa dengan hangat.
“Jam 7 pintu gerbang ditutup. Tapi Pak Anton tidak pergi. Beliau tetap menyapa yang terlambat. Ditanya satu-satu, mengapa terlambat. Mereka jera, ditanya langsung kepala sekolah. Sekolah jadi tertib,” kata Anies sebagaimana dipantau SERUJI di halaman FP nya yang diikuti 1,6 juta pemilik akun facebook, Kamis (1/8).
Anies juga mengenang masa ia diberi kepercayaan oleh Pak Anton untuk mewakili SMAN 2 dalam kegiatan pelatihan Ketua OSIS se Indonesia yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Saat bertugas di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2015), kami undang Pak Anton ke Jakarta. Menghadiri peringatan hari guru. Beliau sudah pensiun, usianya 76 th. Jalannya pelan, tapi tegap dan penuh semangat. Saya sambut, salami dan cium tangannya. Beliau peluk erat sekali, dalam haru beliau berkata, ‘dulu saya kirim kamu ke Jakarta diundang kementerian, sekarang kamu ngantor di ruang ini’,” kisah Anies.
Begini Tulisan Lengkap Anies Baswedan Mengenang Pak Anton, Mantan Kepala Sekolah SMAN 2 Yogyakarta;
Namanya Wahyuntono, biasa dipanggil Pak Anton. Setiap jam 6.30 beliau sudah berdiri di gerbang sekolah. Beliau menyapa kami dengan senyum hangat.
Jam 7 pintu gerbang ditutup. Tapi Pak Anton tidak pergi. Beliau tetap menyapa yang terlambat. Ditanya satu-satu, mengapa terlambat. Mereka jera, ditanya langsung kepala sekolah. Sekolah jadi tertib.
Parkiran motor siswa di sekolah kami cukup panjang. Pak Anton selalu parkir di ujung depan parkiran motor siswa, dekat pintu keluar. Sekiranya ada pencuri, motor vespa hijau itu yg paling mudah diambil.
Pak Anton menyapa ke kelas-kelas. Dari jendela, beliau memantau suasana kelas, cara guru mengajar dan cara siswa belajar. Beliau mendorong siswanya untuk aktif organisasi.
“Anies, kamu ke Jakarta ya. Ikut pelatihan Ketua OSIS se Indonesia,” kata Pak Anton. Pagi itu saya dipanggil ke ruang kepsek. Diberi surat undangan dari Kemdikbud & Disdik yang meminta sekolah kami mengirim utusan ke Jakarta. Saya duduk di kelas 1 dan dapat tugas mewakili sekolah kami. Sebelum berangkat, beliau bekali dengan nasihat. Saya ke Jakarta bawa semangat.
Itulah wajah kehangatan dan contoh kepemimpinan kepala sekolah kami. Setiap guru, siswa merasakan kehadirannya dalam bentuk suasana sekolah yang sehat. Beliau tidak menghardik dan membentak untuk disegani. Tapi membimbing, mengarahkan, lalu menuntun untuk meraih target.
Saat bertugas di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2015), kami undang Pak Anton ke Jakarta. Menghadiri peringatan hari guru. Beliau sudah pensiun, usianya 76 th. Jalannya pelan, tapi tegap dan penuh semangat.
Saya sambut, salami dan cium tangannya. Beliau peluk erat sekali, dalam haru beliau berkata, “dulu saya kirim kamu ke Jakarta diundang kementerian, sekarang kamu ngantor di ruang ini.”
Di ruangan, Kepala Sekolah teladan itu sempat diam seakan tak percaya. Saya dengarkan semua ceritanya. Msh seperti dulu, saya tetap muridnya. Kami sering berkabar, beliau beri nasihat, tetap jadi guru.
Hari ini, 1 Agustus 2019, semua ingatan keteladanannya seakan diputar ulang. Ya, hari ini Pak Anton akan dimakamkan di Yogyakarta. 80 tahun usianya.
Doa ribuan muridnya mengiringi. InsyaAllah, pahala padanya tak berhenti mengalir lewat ilmu yang diamalkan murid-muridnya.
Allahhummaghfir lahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu …
#ABW