Rencananya, Pemprov DKI Jakarta kala itu akan menata wilayah yang satu kawasan dengan Museum Bahari tersebut menjadi kawasan wisata bahari Jakarta.
Akan tetapi, kini Pemprov DKI pada era kepemimpinan Anies Baswedan akan mengembalikan wilayah tersebut sebagai hunian penduduk. Langkah awalnya dengan mendirikan shelter sebagai tempat penampungan sementara bagi warga korban gusuran itu.
Terkait dengan hal tersebut, aktivis sekaligus seniman Ratna Sarumpaet yang mengaku kerap Salat Id di Kampung Akuarium sejak penggusuran terjadi hingga saat ini, mengakui pada tahun 2018 kondisi di Kampung Akuarium ada perkembangan.
“Dibanding tahun-tahun sebelumnya, ini sudah ada perkembangan dengan sudah ada selter. Walaupun demikian, saya berharap janji-janji Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kepada warga penggusuran diwujudkan,” kata Ratna.
Janji kepada warga di kawasan penggusuran tersebut, menurut Ratna, juga harus mengenai sejarah kehidupan masyarakat di kawasan tersebut yang disebutkan oleh dia “terampas” oleh rencana reklamasi dan sulit untuk dikembalikan.
“Barang kali sekarang lebih baik dengan ada rumah. Namun, sejarah dan luka mereka tidak bisa terobati begitu saja. Mengembalikan rumah bukan berarti mengembalikan kehidupan mereka, ada hal faktor lain yang harus digarap yakni kehidupan nelayan mereka harus dicapai, karena ‘kan mereka terlahir sebagai nelayan,” katanya.
Dengan perkembangan, situasi, dan kerumitan penataan di lokasi penggusuran Kampung Akuarium, pada momen Lebaran 2018 setidaknya bisa menjadi pengurang beban sejenak para warga itu sendiri yang belum tahu pasti kapan hunian permanen yang mereka impikan itu dibangun oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (Ant/Hrn)